AI (Artificial Intelligence): Dari Fantasi Hingga Kehidupan Sehari-hari
Oleh: Miladia Fatimah Nur Safitri, S.I.Pust.
Perpustakaan UMMI (20/11/24) – Halo, Bibliophers! Apakah kalian tahu AI itu apa? Kecerdasan buatan (AI) mungkin terdengar seperti sesuatu yang sangat modern atau futuristik, seperti robot yang bisa berbicara atau mobil yang dapat mengemudi sendiri. Namun, tahukan kalian bahwa konsep AI sudah ada sejak lama, jauh sebelum teknologi canggih yang kita kenal saat ini? So, mari kita simak penjelasan berikut ini. Check it out!
1. Apa itu AI (Artificial Intelligence)?
AI (Artificial Intelegence) atau kecerdasan buatan adalah kombinasi dari ilmu matematika, ilmu komputer, machine learning, dan big data yang dikembangkan untuk menemukan pola, melakukan prediksi, dan memberikan solusi atas suatu masalah. Layaknya manusia, AI dapat mengenali gambar, menulis, menciptakan hal baru, meniru, membuat prediksi berbasis data, melakukan pemecahan masalah, dsb.
2. Awal Mula Kecerdasan Buatan: Turing Test and Dartmouth Conference
Penemuan komputer berabad-abad silam menjadi cikal bakal munculnya kecerdasan buatan. Berangkat dari hal tersebut, muncul konsep kecerdasan buatan yang pertama kali diperkenalkan oleh seorang ahli matematika dan ilmuwan komputer ternama asal Inggris. Karyanya dianggap sebagai titik penting dalam pengembangan AI selama bertahun-tahun. Ia adalah Alan Mathison Turing. Alan Turing yang dikenal juga sebagai Bapak Kecerdasan Buatan adalah salah satu tokoh berpengaruh pada abad ke-20.
Ia terkenal karena karyanya yang inovatif dalam mengantarkan Ilmu komputer modern. Makalahnya, “On Computable Numbers” yang diterbitkan pada usia 24 tahun, pada tahun 1936 mengarah pada komputer Colossus yang diciptakan untuk memecahkan kode Enigma. Bahkan setelah Perang Dunia II, Turing terus berupaya mengembangkan beberapa komputer pertama yang menjadi dasar bagi konsep kecerdasan buatan. Lalu, pada tahun 1950, makalahnya yang berjudul “Computing Machinery and Intelligence” memperkenalkan konsep Turing Test untuk menguji kecerdasan mesin. Ide tersebut kemudian menimbulkan diskusi menarik, “Humans use available information as well as reason in order to solve problems and make decisions, so why can’t machines do the same thing?” Namun, istilah ‘Artificial Intelligence’ atau kecerdasan buatan baru secara resmi diperkenalkan pada tahun 1956 oleh John McCarthy, yang mengadakan konferensi di Dartmouth College. Konferensi ini dianggap sebagai kelahiran AI sebagai bidang akademis dan penelitian.
3. The Golden Era and Winter Era of AI
Pada tahun 1960-an hingga 1970-an, penelitian AI mengalami perkembangan pesat. Salah satu terobosan besar adalah penciptaan expert systems, program yang dapat memberikan saran berdasarkan pengetahuan tertentu. Expert systems digunakan di berbagai bidang, seperti diagnosis medis atau solusi masalah teknik. Namun, meskipun AI berkembang, teknologi komputer saat itu masih sangat terbatas. Program-program ini seringkali tidak dapat menangani tugas-tugas yang lebih kompleks, sehingga muncul periode yang dikenal dengan istilah AI winter, yaitu masa di mana penelitian AI mengalami penurunan minat karena hasil yang tidak sesuai harapan.
4. Kebangkitan Kecerdasan Buatan (AI): AI Dalam Kehidupan Sehari-hari
Memasuki awal 2000-an, AI mulai bangkit kembali berkat kemajuan pesat dalam komputasi dan ketersediaan data besar (big data). Dengan adanya machine learning dan deep learning, AI mampu menganalisis data dalam jumlah besar dan mengenali pola yang sangat kompleks. Salah satu terobosan utama adalah pengembangan sistem yang bisa mengenali gambar dan suara, seperti yang digunakan dalam aplikasi pengenalan wajah pada gawai atau asisten virtual, seperti Siri atau Google Assistant. Sekarang ini kita sudah sangat akrab dengan AI dalam kehidupan sehari-hari.
AI kini digunakan di berbagai industri, seperti kesehatan, pendidikan, otomotif, dan e-commerce. Lalu, saat menggunakan fitur autocorrect pada gawai, berinteraksi dengan chatbot di situs web, atau berbicara dengan asisten virtual, maka kita sedang berinteraksi dengan AI. Bahkan, rekomendasi musik atau film yang kita terima dari platform, seperti Spotify dan Netflix, juga merupakan hasil dari AI yang menganalisis kebiasaan kita.
Nah, Bibliophers. Dengan kemajuan teknologi yang begitu pesat, masa depan AI penuh dengan potensi dan tantangan. Beberapa ahli percaya bahwa AI akan menjadi bagian utama dari kehidupan kita di masa depan, membantu dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari pekerjaan, pendidikan, hingga hiburan. Namun, ada beberapa tantangan yang harus dihadapi, seperti masalah etika dalam penggunaan AI dan kemungkinan penggantian pekerjaan manusia oleh mesin. Selain itu, masalah privasi dan keamanan data juga menjadi perhatian penting seiring dengan semakin canggihnya teknologi AI. Jadi, kita harus tetap berhati-hati dan memastikan bahwa AI digunakan untuk kebaikan dan kemajuan umat manusia. So, nantikan artikel berikutnya mengenai AI.
Semoga informasi ini dapat bermanfaat ya, Bibliophers.
Salam Literasi! (*)
References: https://nationalgeographic.grid.id/read/133875239/alan-turing-bapak-kecerdasan-buatan-yanghidupnya-berakhir-tragis-dalam-sejarah-kolonial?page=all/diakses-Rabu-20/11/2024
https://sitn.hms.harvard.edu/flash/2017/history-artificial-intelligence/diakses-Rabu-20/11/202