Tiga Hewan Ternak yang Sombong
Oleh : Alfa Roby, S.AP., S.E
Di sebuah peternakan di pinggiran Kota, terdapat tiga hewan yang saling menyombongkan diri. Mereka adalah si Ayam Jago, Si Sapi Perah, dan Si Domba berbulu.
Ketiga hewan ternak itu selalu menunjukan Kelebihan masing-masing. Mereka berlomba untuk melihat siapa yang lebih baik diantara mereka.
"Kalian kemari lah, lihat aku. Badan ku tegap, buluku indah, dan suaraku merdu. Dengarkan ini! Kukuruyuuuuuuk". Kata si Ayam Jago memperlihatkan kelebihan dirinya.
"Keindahan tubuhmu tidak akan ada gunanya wahai, ayam. Lihatlah diriku, penghasil susu terbaik. Dari air susuku akan menghasilkan olahan keju, kue dan tentunya minuman yang bergizi untuk Tuan beserta keluarga." Sahut Si Sapi Perah yang tidak mau kalah.
"Jangan pernah lupakan aku wahai Ayam Jago dan Sapi Perah! Bila musim dingin tiba, Tuan akan mencari buluku ini untuk dijadikan jaket dan selimut yang berfungsi menghangatkan badan." Kata Si Domba berbulu menimpali.
Di antara mereka bertiga, ternyata ada sosok hewan yang bersembunyi di balik batu sedang memperhatikan. Dia adalah seekor Katak yang merasa iri terhadap ketiga hewan tersebut.
Sang Katak berpikir bahwa alangkah bahagianya bila ia bisa menjadi hewan peliharaan seperti mereka. Tempat tinggal sudah disiapkan, bahkan makan pun tidak usaha capek-capek mencari karena sudah diberikan oleh Tuannya.
Sedangkan Sang Katak merasa sungguh malang akan nasibnya, tempat tinggal tidak ada. Bila malam datang ia kedinginan, dan bila siang tiba ia kepanasan. Untuk makan saja, Katak harus berusaha sekuat tenaga untuk mencari.
Di balik Batu, Katak memberanikan diri menyapa ketiga hewan ternak yang sedari tadi ia perhatikan.
"Hai Ayam Jago, Sapi Perah dan Domba berbulu! Bolehkah aku bergabung dengan kalian?" Tanya Katak kepada ketiga hewan tersebut.
"Siapakah itu yang sedang bicara?" Ucap si ayam jago seraya menengok kanan dan kiri.
"Lihat dibawah, dia berada di samping batu. Ternyata si katak!" Kata si Sapi perah.
"Apa yang kamu inginkan, Katak? Kamu tidak pantas berada disini." Jawab domba berbulu yang sembari membusungkan dadanya.
"Benar, kamu tidak pantas ditempat seperti ini. Kamu hanya pantas di kubangan saja! Kuk..kuk.kuk" Ucap si ayam jago menertawakan Katak.
Karena cemoohan ketiga hewan tersebut, Katak semakin merasa bahwa nasibnya sungguh miris. Ia pun kembali bersembunyi di balik batu untuk menunggu serangga yang hinggap.
Seminggu kemudian, ditempat yang sama. Si sapi perah dan si domba berbulu kembali saling menyombongkan dirinya masing-masing.
"Lihat aku wahai Sapi perah. Buluku tumbuh lebat, tidak seperti dirimu yang tidak punya bulu. Kali ini aku yang pasti akan dipilih oleh Tuan." Kata si Domba berbulu yang membanggakan diri.
"Itu belum seberapa, domba berbulu. Air susuku terus mengalir. Setiap kali aku di perah, air susuku tidak habis-habis. Tuan pasti senang dengan diriku." Ucap si sapi perah.
Sambil memperhatikan, katak merasa ada yang aneh dengan apa yang ia lihat. Ada satu hewan yang tidak ada keberadaan nya ditempat itu.
"Wahai sapi perah dan domba berbulu. Dimana si ayam jago berada? Dari tadi aku belum melihat dirinya." Tanya katak kepada sapi perah dan domba berbulu.
"Dia kini sedang bersenang-senang. Tuan ternyata lebih memilih keindahan tubuhnya dibandingkan kami." Jawab si sapi perah.
"Ya, ayam jago telah dibawa oleh Tuan ke tempat indah yang banyak makanannya. Itulah yang dikatakan si Tikus, jika diantara kami ada yang paling hebat maka tuan akan membawa kami ke tempat indah itu." Jawab si domba berbulu.
"Kali ini akulah yang akan dibawa oleh Tuan. Karena akulah yang lebih baik daripada dirimu wahai domba berbulu." Sahut sapi perah yang sangat yakin.
Si sapi perah dan si Domba berbulu terus melanjutkan kesombongannya masing-masing.
Mendengar kabar ayam jago yang telah dibawa ke tempat indah yang banyak makanannya, Katak semakin rendah diri. Lagi-lagi dia merenungi nasib buruknya.
Seminggu kemudian, ditempat yang sama. Tampak si domba berbulu datang sendirian. Katak merasa penasaran dengan apa yang terjadi.
"Wahai domba berbulu. Dimana sahabat mu si sapi perah itu? Tanya katak.
"Aku pun mencari keberadaan nya. Apakah kamu lihat wahai katak? Jawab domba berbulu yang balik bertanya.
"Aku sama sekali tidak melihatnya. Tapi Apa mungkin Dia sudah dibawa oleh Tuan ke tempat Indah yang banyak makanannya itu?" Tanya si katak yang keheranan.
"Iya, mungkin saja benar. Si sapi sudah dibawa oleh Tuan, dan dia pasti sekarang sedang bersenang-senang dengan si ayam jago. Berikutnya pasti aku yang akan di pilih oleh Tuan." Kata si Domba berbulu dengan yakin.
"Wah, hebat sekali. Apakah aku boleh ikut, wahai domba berbulu, bila nanti kamu dipilih oleh Tuan?" Tanya katak.
"Tidak mungkin katak, tubuhku penuh bulu yang indah. Sedangkan kamu, hanyalah binatang kotor yang hidup di lumpur. Tidak mungkin kamu dipilih oleh Tuan!" Jawab si domba berbulu yang menyombongkan diri.
Katak hanya terdiam lesu mendengarkan apa yang domba katakan.
Seminggu kemudian, ditempat yang sama.
Katak tidak lagi melihat ketiga hewan ternak itu. Dia pun merasa bingung dan penasaran dengan apa yang terjadi.
Katak memberanikan diri melompat-lompat menghampiri rumah Tuan sang pemilik peternakan tersebut.
Setelah sampai di belakang rumah pemilik peternakan, katak bertemu dengan si tikus.
"Wahai tikus, aku mencari si domba berbulu. Kemana kah dia pergi?" Tanya katak.
"Hahaha, kini si domba dan kedua temannya. Si ayam jago dan si sapi perah telah menemui ajalnya.
"Aku risih mendengarkan kesombongan mereka. Oleh karena itu aku menipu mereka. Mengatakan kepada mereka bahwa yang terbaik dari kalian akan dipilih oleh Tuan dan akan dibawa ketempat yang banyak makanan enak. Namun kenyataannya, mereka dibawa oleh Tuan untuk di Sembelih. Biar mereka semua kaget, ternyata kenyataan yang di dapat tidak sesuai dengan harapan mereka." Jawab si tikus dengan senyumnya yang licik.
Mendengar cerita dari si tikus, katak kini merasa hewan yang paling beruntung di dunia. Meskipun penuh perjuangan dalam menjalani hidup, setidaknya dia masih bisa diberikan umur yang panjang.
Dari kejadian itu, Katak belajar bahwa kesombongan hanya akan membawa seseorang pada kehancuran. Dia juga menyadari bahwa iri terhadap orang lain hanya akan membuatnya tidak pernah merasa cukup bersyukur dengan apa yang dimilikinya.
Dengan hati yang penuh syukur, Katak kembali ke hidupnya di lumbung-lumbung lumpur. Meskipun hidupnya sederhana dan penuh dengan perjuangan, setidaknya dia masih diberi kesempatan untuk hidup lebih lama dari ketiga hewan sombong itu.
Dari kisah ini, kita semua dapat belajar untuk tidak pernah meremehkan orang lain atau merasa rendah diri karena perbedaan yang kita miliki. Bersyukurlah dengan apa yang kita punya karena itu adalah kunci untuk hidup yang lebih bermakna dan bahagia.